Diskripsi Blog

...mintalah bantuan kepada tangan kananmu. Dan lelaki itu membuat tulisan dengan tangannya.

Gelar Kehormatan

Sufyan ats-Tsauri berkata, “Saya membaca Al-Qur’an, dan saya dapatkan sifat Nabi Sulaiman a.s., meskipun menyandang segala kesejahteraan, beliau digelari oleh Allah Swt., “Sebaik-baik hamba, sesungguhnya ia amat taat (kepada Tuhannya)” Dan saya dapatkan sifat Nabi Ayub a.s., meskipun diuji dengan segala cobaan berat yang dialaminya, beliau juga menyandang gelar ni’mal abdu innahu awaab. Sebaik-baik hamba, sesungguhnya ia amat taat (kepada Tuhannya). Keduanya disifati dengan gelar yang sama meskipun latar belakang keduanya sangat berkebalikan, yang satu sejahtera dan yang kedua menanggung ujian derita.”

Adapun Nabi Sulaiman a.s. adalah anak dari Nabi Daud a.s. yang menjadi penerus kerajaan ayahnya. Beliau memiliki kerajaan paling megah yang dapat dibayangkan oleh manusia, perbendaharaan yang berlimpah, kekayaan yang tak terhitung nilainya, kekuasaan yang terbentang dari barat ke timur, dan pelayan-pelayan yang setia. 

Kerajaannya terdiri dari seribu lantai, lantai teratasnya terbuat dari kaca dan lantai paling bawah terbuat dari besi. Enam ratus pembesar (pembantu-pembantu/menteri-menteri) yang terdiri dari bangsa manusia, jin dan juga hewan senantiasa duduk mengelilingi singgasananya untuk menunaikan segala keperluan kerajaannya. Fisiknya gagah tanpa cela, pengetahuannya luas, kebijaksanaannya tinggi (pada masanya Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. adalah raja sekaligus hakim yang memutus perkara-perkara di negerinya), dia dapat berbicara dan mengerti bahasa jin, binatang dan dapat memerintah angin.

Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. (QS. Saba : 12)

Segala nikmat yang diberikan Allah Swt. kepadanya itu lantaran dikabulkannya doa beliau: 

 “Ia berkata, “Wahai Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”. (QS. Shaad: 35)

Perhatikan doa beliau. Doa meminta ampunan mendahului keperluannya yang lain. Dan setelah keperluannya itu diutarakan tak lupa beliau memuji Allah Swt. dengan salah satu sifat-Nya yang terbaik, Yang Maha Pemberi. 

Namun segala kenikmatan dan kemewahan itu beliau insafi tidak lain hanyalah sebagai ujian dari Allah Swt. Beliau senantiasa sadar bahwa harta yang berlimpah, jabatan tertinggi diantara manusia, kerajaan yang tiada duanya merupakan batu sandungan untuk mencoba keimanan beliau.

“Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).”  (QS. an-Naml: 60)

Dan berhasillah Nabi Sulaiman a.s. dalam memegang amanat besar berupa puncak kekayaan, kejayaan dan kemahsyuran itu dengan senantiasa bersyukur bahwa semua itu adalah milik Allah Swt. dan akan kembali kepada Allah Swt. semata. Atas keteguhan hatinya, Allah Swt. memberikan gelar kehormatan yang begitu tinggi kepadanya, ni'mal abdu, innahu awaab (sebaik-baik hamba, seseorang yang amat taat). Gelar ini diabadikan sepanjang zaman dalam kalam-Nya yang mulia, Al-Qur'an:

 “Dan Kami karuniakan kepada Daud, (seorang anak bernama) Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shaad: 30)

Betapa indah ayat ini, gelar yang begitu tinggi dan begitu mulia. Bayangkan apabila gelar itu, "Sebaik-baik hamba, seseorang yang amat taat" digelarkan oleh Allah Swt. kepada kita melalui Al-Qur'an yang terjaga. Duhai, betapa bahagianya!

Ayat ini juga menyadarkan kita bahwa karunia terbesar yang diberikan Allah Swt. kepada Nabi Daud a.s. bukanlah kekayaan, kerajaan, kejayaan maupun kemasyhuran tetapi seorang anak shaleh yang bernama Sulaiman a.s. Ingatlah, anak shaleh adalah karunia terbesar yang diberikan Allah Swt. kepada para orang tua melebihi kerajaan Nabi Daud a.s.

Uniknya, di Al-Qur'an diterangkan kalau gelar mulia ini dimiliki juga oleh seorang hamba Allah Swt. yang memiliki kehidupan 180 derajat berkebalikan dari kehidupan Nabi Sulaiman a.s. Jika hidup Nabi Sulaiman a.s. diliputi berbagai keberlimpahan dan suka cita, maka hidup hamba itu dipenuhi dengan kemelaratan dan lara nestapa. Ia adalah Nabi Ayub a.s.

Dikisahkan pada mulanya Nabi Ayub a.s. adalah seorang lelaki yang mempunyai banyak harta, tanah yang luas, hewan ternak dan kambing, yaitu pada sebuah belahan bumi yang bernama Tsaniyah, sebuah desa yang terletak di negeri Syam. 

Lalu Allah menguji dirinya dengan kehilangan semua harta tersebut. Seluruh ternaknya mati mendadak, rerumputannya mengering dan kebun-kebunnya hangus dilahap api. Rumahnya roboh dan menimpa buah hatinya, anak-anak kesayangannya, mereka semuanya meninggal. Tak cukup itu, beliau diuji lagi dengan sakit yang menimpa tubuhnya. Sekujur badan beliau digerogoti penyakit kulit yang tiada orang tau apa obatnya, kecuali hati dan lisannya. Dengan hati dan lisan itu pula beliau selalu berzikir, bertasbih kepada Allah Swt. siang dan malam. 

Akibat penyakitnya itu, seluruh temannya merasa jijik, sahabat karib pun menjauh darinya. Akhirnya beliau diasingkan pada sebuah tempat pembuangan sampah di luar kota dan tidak ada yang menemani kecuali sang istri. 

Di tengah kondisi semacam itu, apa yang akan kita lakukan andaikan kita adalah Nabi Ayub a.s.? Kebanyakan orang apabila ditimpa cobaan seberat itu pasti akan menyerah, frustrasi, bahkan mungkin bunuh diri. Naudzubillah

Dan sealim-alimnya kita, apabila kita memiliki cukup kesabaran, kita akan meminta Allah Swt. agar segera menyembuhkan kita. Doa kita tidak akan jauh-jauh dari "Ya Tuhanku, sembuhkanlah aku."

Sekarang mari kita tengok doa macam apa yang dipanjatkan oleh Nabi Ayub a.s. disaat keadaannya bagaikan seorang yang terperosok ke jurang yang paling dalam :

“dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. (QS al-Anbiya : 83)

Betapa elok untaian kata-kata itu. Apakah di dalam doanya Nabi Ayub a.s. meminta "Ya Tuhanku, sembuhkanlah aku."? Tidak. Sama sekali tidak. Tidak ada permintaan apapun dalam doanya.

Lihatlah bagaimana seharusnya cara seorang hamba dalam meminta. Akuilah bahwa kita ini lemah, dan pujilah Allah Swt. dengan keagungan sifat-Nya. Begitulah cara terbaik seorang hamba dalam meminta. 

Jika kita sedang dalam kesempitan ekonomi misalnya, bandingkan antara "Ya Tuhanku, berikan hamba kekayaan." dengan "Ya Tuhanku, sesungguhnya hamba sedang berkekurangan dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki". Kira-kira doa manakah yang lebih disukai oleh Allah Swt.? 

Hingga pada akhirnya Allah Swt. menyembuhkan beliau. Mengangkat ujian berat dari punggung beliau. Serta memuliakan beliau. Maka Allah berfirman,

Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 44)

Sebaik-baik hamba, dan seseorang yang amat taat kepada Tuhannya. Ni'mal abdu innahu awaab. Satu gelar yang sama untuk dua Nabi yang kisah hidupnya berkebalikan bagai langit dan bumi. Yang satu terlampau kaya, yang satunya terlalu miskin. Yang satu gagah perkasa, yang satunya lemah tak berdaya. Yang satu berkuasa, yang satunya berkusta. Namun sungguh tinggi kedudukan keduanya di hadapan Allah Swt. Sebab yang satu begitu besar rasa syukurnya dan yang satunya demikian panjang kesabarannya.

Ingin rasanya tulisan ini saya tutup dengan sebuah hadist Rasulullah Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin itu, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya, dan hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh seorang mukmin. Jika dia mendapatkan sesuatu yang menggembirakan, dia bersyukur, maka hal itu baik baginya, dan apabila dia ditimpa suatu kesulitan, dia bersikap sabar, maka hal itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)
Terbaru Lebih lama

Related Posts